Sabtu, 15 Maret 2014

KETIKA GENERASI MUDA BICARA POLITIK


TEMA :     KETIKA GENERASI MUDA BICARA POLITIK

KEARIFFAN & Generasi muda tonggak revolusioner politik bangsa

original Writter by : Gusti D Hedwic

          Apakah remaja ( generasi muda ) diangap boleh berbicara mengenai perpolitikan mengingat banyaknya anggapan bahwa politik hanya diperuntukkan bagi orang dewasa ?
Tentu agak membingungkan bagi kita mencoba untuk memaparkan sekedar jawaban sederhana mengenai hal ini sebab jika pertanyaannya adalah boleh atau tidak maka tentu sah-sah saja dan boleh tentunya mengingat hal ini pun termaktub dalam UUD 1945 sebagaimana setiap orang berhak untuk mengemukakan pendapat termasuk jika konteksnya adalah berbicara (memberikan pendapat) mengenai perpolitikan dimana politik sebetulnya merupakan ruang lingkup yang identik dengan sarana bagaimana mendengar dan mengemukakakan pendapat,
            Namun jika beralih pada apakah generasi muda cukup ber-intelegensi memadai dalam memahami dan berbicara mengenai perpolitikan tentu itu jadi soal lain, seperti halnya masalah pada anggapan bahwa politik hanya diperuntukkan bagi orang dewasa saja,
Jika kita coba menilik permasalahan lebih dalam maka, tidakkah usia bukan tolak ukur kedewasaan dalam konteks berpendapat ? dan sudah konsumsi publik jika mereka para generasi yang dapat dikatakan tidak lagi muda, yang mendominasi perpolitikkan bangsa kita pun tidak pula menunjukkan kearifan dan kedewasaan dalam praktik politiknya,



RENTANG USIA BUKAN JAMINAN KEARIFAN DALAM PERPOLITIKKAN

            Kita tahu jika salah satu masalah utama yang memberikan citra buruk dalam dunia politik adalah keegoisan, ketidak-arif-an, kemunafikan, kepentingan golongan dan deretan kata buruk lainnya berakhiran “-an” yang terlalu banyak sehingga sulit untuk disebutkan,
Dan ke-arif-an adalah episentrum pembahasannya yang jelas sekali tercermin jika mereka para generasi yang tak lagi muda pun masih kadang tak menyikapi suatu hal sesuai taraf usia mereka, pepatah yang mengatakan “ semakin tua akan membimbing kita semakin dewasa dan bijaksana(arif)” ternyata ya hanya sekedar pepatah saja dan seringkali nampak tanpa makna di dunia perpolitikkan.
            Bagaimana mereka menyikapi suatu permasalahan atau ketika terjadi konflik ? nyatanya kadang justru tak ada bedanya dengan tawuran yang terjadi dikalangan pelajar, kerutan di wajah mereka jadi tak bergores sejajar dengan tingkah laku yang ditunjukannnya,
            Ditambah lagi dengan keadaan perpolitikkan pada para generasi muda yang kadang  justru tidak cukup diberi ruang serta kesempatan dan cenderung diremehkan dalam praktik perpolitikkan, era berubah dan masyarakat bangsa kita cukup sudah disuguhkan banyak drama pasang surut dan sofisme saat mereka para politikus bangsa justru membohongi publik dan terlebih lagi membohongi dirinya sendiri dalam setiap pendapatnya...dalam tutur kata yang kadang jelas sekali terasa penuh kepentingan dan pembelaan atas dasar pribadi kelompok politik tertentu yang tak lagi menilik apakah itu benar atau justru keliru, lantas tidak cukup pantaskah jika memberikan generasi muda bangsa kesempatan ?, Sesuatu yang mungkin memberikan kita dan dunia sekedar harapan baru diantara zaman kelam perpolitikkan yang mulai kehilangan kepercayaan masyarakatnya itu.
            Tak dapat dipungkiri jika gejolak perpolitikkan memberikan pengaruh besar terhadap banyak indikator pembangunan suatu bangsa, memberikan pengaruh terhadap alur kebijakan , substansi dan langkah-langkah perekonomian serta mempengaruhi asumsi dan ketenangan dalam kehidupan masyarakat dimana harusnya generasi muda ikut andil didalamnya,


Namun relevan-kah atau pantaskah ? apakah mereka para generasi muda cukup punya pemahaman mengenai perpolitikkan ?.
            Lantas jika sebegitu pentingnya pemahaman bagi mereka untuk kita para generasi muda agar dapat berada dalam ruang lingkup politik bukankah harusnya pertanyaan itu juga dibalikkan untuk mereka tanyakan pada diri mereka sendiri apakah mereka cukup menyadari jika seluruh pemegang panji perpolitikkan bangsa kita saat ini adalah orang-orang yang punya pemahaman memadai atau bahkan lebih mengenai dunia perpolitikkan,
Mereka yang melindungi pribadi, rekan elit politiknya yang melakukan tindak pengkhianatan terhadap bangsa dengan korupsi,manipulasi dan aksi tipu-tipu sana sini bukannya orang-orang yang tidak punya pemahaman bukan ?, mereka tahu,mereka paham tapi mereka terjerat arus ,tak mampu bertahan untuk tidak terlibat dan tenggelam terlalu dalam,
Inilah titik dimana sebetulnya kita para generasi muda harus andil dan ikut angkat suara, bangsa kita butuh uluran tangan kita....uluran tangan yang tidak berpikir pada siapa dan dengan kepentingan apa.
            Generasi yang datang tidak dengan pengalaman atau pengenalan mengenai tata cara dan budaya yang berkembang dalam perpolitikkan kita yang tak sedikit justru berisi prosedur mengkhianati kepercayaan rakyat namun kita yang berpegang pada pikiran tidak matang yang tidak berarti jauh dari kebenaran,
            Akan tiba saat dimana kita-lah yang akan merengkuh tanggung jawab itu, tanggung jawab atas sang pertiwi yang semakin renta dan lapuk, kita harus mulai melihat realitanya saudaraku.....perpolitikkan bangsa kita yang seolah hanya mengenal dua kata yang jadi pengaruh yaitu kepentingan dan uang meski tak pula dapat kita munafikkan jika masih tersisa segelintir orang jujur dengan dedikasi dan tetap berpegang teguh untuk jadi setitik lentera diantara gelap gulita,
Namun.....kumohon garis bawahi mengenai apa yang kusebut tentang setitik lentera, masih tersisa ? tentu saja masih tersisa meski hanya segelintir saja yang tetap fasih berjuang demi kesejahteraan banyak orang demi nusantara yang selalu mereka cinta, demi keluarga dan martabat mereka sebagai seorang manusia dan demi kepercayaan yang diamanatkan padanya.
            Tapi tidakkah semua itu cukup berarti adanya ? diantara kegelapan “lingkaran setan” perpolitikkan dan para politikus negeri kita di senayan sana, hahaha....tentu saja, setidaknya ada yang tersisa meski tentu tak dapat terlalu mengubah banyak,
            Disadari atau tidak politik sudah jadi lahan basah bagi banyak orang untuk terjun didalamnya, mendasari dirinya pada tujuan dan cita-cita mulia pada awalnya....berlagak jadi santo yang mungkin membuatnya merasa bersayap dan bercahaya layaknya mentari di pagi buta, tapi tidak dalam hati mereka....atau malah kemudian karena keadaan pada akhirnya mengubah sudut pandang itu, presumption of innocence, right ? jelas kita coba menganggap jika keadaan yang mengubah para politikus menjadi benar-benar tikus bukan karena memang rasa jahat dan tamak sejak awal tertanam pada dirinya.
            Dunia bernama politik kini ya hanya sekedar pertempuran kepentingan, dimana kekuasaan dan harta kekayaan adalah tolak ukur dari tujuan sesungguhnya,
Menghalalkan segala cara termasuk mengorbankan siapa saja yang bisa dikorbankan, jelas sekali pepatah lama yang mengatakan jika “ manusia adalah serigala bagi lainnya” sangat tercermin disana.
            Dan sudah bukan lagi hal yang tabu jika melihat para politisi di satu hari berseteru dan dihari lain malah berubah saling mendukung, atau di satu hari jadi pahlawan dengan deretan prestasi yang dipaparkan dalam talk show media televisi dan di hari lain masuk berita kriminal karena tersandung kasus korupsi,
            Dan akhir kata mungkin dengan suara sayup nan sok bijaksana akan kukatakan jika.... 
“ inilah politik bung......sisi lain dunia yang kadang nampak agak gila ”
            Dan satu saran terakhirku adalah......
“jika kau memutuskan untuk andil dalam dunia perpolitikan, cobalah tanyakan ini terlebih dahulu sebelum setiap tindakanmu......apakah yang kau lakukan ini benar ? lantas benar untuk siapa ? kebenaran untuk dirimu ? atau untuk semua orang ? ”



1 komentar: